Seiring berjalannya waktu, hingga
aku kuliah di salah satu universitas di Malang Jawa Timur, membuat rasa ingin
tahu tentang kristen itu semakin kuat. Sekuat keinginanku menjadi ujung tombak
pelayanan rohani kristen, yang pada akhirnya aku ingin menjadi umat pemenang
(sebutan bagi orang kristen yang percaya akan yesus kristus seutuhnya). Dengan
rasa ingin tahu yang kuat, membuat aku semakin ingin mempelajari apa sih
sebenarnya kristen itu. Namun disaat aku ingin mendalami tentang kristen dan
ingin serius mempelajari Kristen, disaat itu pula aku mengalami isaroh dari
Allah
Tahun 2005, adalah tahun dimana aku mengalami sesuatu yang sangat sulit dimengerti. Ketika itu aku tidur, tiba-tiba terdengar suara adzan yang berkumandang di telingaku. Sangat keras, seperti sebuah speaker besar tepat berada di telingaku, sehingga membuat hati dan tubuhku bergetar mendengarnya. Suara adzan, suara yang seringkali aku dengar dari mushola atau masjid di sekitar rumahku. Suara adzan yang sama sekali tidak aku kenal dan tidak aku mengerti, tetapi pada saat mendengarkannya, seakan hatiku pun ikut mengumandangkannya. Ini bukan mimpi saat tidur, tapi benar-benar nyata yang aku alami. Karena setelah aku mendengar suara adzan tersebut, aku langsung terbangun dan suara adzan tersebut masih berkumandang di telingaku. Dalam penglihatanku seakan-akan tidak percaya, karena waktu itu waktu menunjukkan tengah malam, mungkin sekitar jam 3 malam. Yang setahuku, jam itu tidak ada adzan yang dikumandangkan. Semakin aku menolak untuk mendengarkannya, suara adzan tersebut malah semakin keras terdengar. Hatiku ingin terus mendengarkannya, namun tubuh dan pikiranku seakan menolaknya. Sepertinya hatiku memiliki jalan pemikirannya sendiri. Karena saking takutnya, tubuhku mulai gemetaran mendengarkannya. Dan aku sendiri tidak tahu, kenapa hatiku sepertinya bisa untuk mengumandangkan dan mengikuti suara adzan tersebut. Malam itu adalah malam yang sangat aneh bagiku, suara adzan yang berkumandang benar-benar mengoyakkan jalan pikiranku. Setelah kejadian itu, aku berusaha untuk melupakannya. Karena aku menyadari, aku bukan orang yang beragama Islam, aku adalah orang yang beragama kristen jadi sudah sewajarnya jika aku berusaha untuk melupakan kejadian tersebut. Tak mudah memang untuk melupakannya, karena seakan aku terus dihantui kejadian malam itu. Dengan berbagai kegiatan dan ibadah kristen, aku berusaha untuk melupakan kejadian tersebut
Tahun 2006, tahun ini adalah tahun yang sungguh membuat aku semakin merasa bingung. Suatu malam, aku tertidur seperti biasa. Sepulang mengajar komputer di salah satu SMK di tempatku, aku merasa sangat lelah sekali karena ada pekerjaan yang sangat menumpuk hingga membuat aku harus lembur. Sekitar jam 10 malam aku tiba di rumah, waktu itu aku langsung persiapan tidur, seperti bersih-bersih badan dan berdoa sebelum tidur, berdoa dengan cara kristen tentunya. Akupun tertidur, dalam tidurku aku bermimpi. Lagi-lagi ini adalah kejadian yang aneh. Seakan-akan kedua tanganku ada yang memegang, aku merasa keluar dari tubuhku sendiri. Akupun bisa melihat tubuhku sendiri, aku bisa menembus genting rumah dan aku pun bisa melihat-lihat keadaan disekitar rumahku pada malam itu. Sepi dan dingin, itulah yang aku rasakan. Semakin lama semakin aku semakin menuju keatas, tanpa kusadari ternyata aku menuju keatas langit. Bahkan terasa sesak didada karena bertabrakan dengan langit malam itu, dan seakan nafasku pun sedikit tersengal karena berada di atmosfir yang baru aku rasakan. Dalam hitungan beberapa detik, ternyata aku sudah berada di luar angkasa. Tiba-tiba terdengar suara yang merdu dan lantang, seraya berkata “Inilah matahari, inilah bulan, inilah planet, inilah bintang dan lihatlah ke bawah, itulah bumi…”, dan memang benar, yang dihadapanku memang semua yang disebutkan tersebut. Aku bisa melihat dengan jelas bagaimana matahari, bulan, planet-planet, bintang dan bumi. Lalu muncul pertanyaan dalam hatiku, kenapa bumi ada dibawah. Ingin rasanya memalingkan kepalaku, dan ingin melihat siapa yang memiliki suara indah dan merdu itu, namun aku seperti terkunci, tidak bisa bergerak kemana-mana. Yang aku lihat hanyalah sinar yang sangat terlihat terang dari belakangku. Setelah itu, terdengar suara lagi, “Akulah Tuhanmu, Aku adalah satu, Tuhan Yang Maha Esa…”. Sungguh sangat sulit dimengerti memang, meski sebenarnya aku sangat sulit untuk menggambarkan bagaimana suasana malam itu
Kemudian aku dibawa turun, dan tanganku pun dipegang lagi. Saat melintasi langit, aku pikir langsung menuju ke tempatku semula atau kembali ke tubuhku, namun ternyata tidak, aku diajak terbang ke arah barat. Ternyata aku sudah berada di atas Mekkah hanya dalam hitungan beberapa detik saja, dari atas langit kulihat beribu-ribu orang mengitari sebuah bangunan kotak hitam, yang sekarang aku sudah tahu bangunan itu adalah Ka’bah. Aku benar-benar diatas orang-orang tersebut, mereka seperti semut karena begitu banyaknya. Karena penasaran, dalam hatiku, aku ingin sekali turun ke bawah, namun langsung ada suara lagi berkata : “Sekali-kali kamu tidak boleh menyentuh tanah disitu, kamu hanya boleh menyentuh kepala orang-orang disitu”, kemudian aku mengangguk. Selang beberapa detik setelah aku mengangguk, aku sudah berada di atas kepala orang-orang yang di bawahku tadi. Kemudian aku berjalan mengitari Ka’bah dengan berjalan di atas kepala orang-orang tersebut. Dalam mimpiku, aku masih agak bingung juga karena pada saat aku berjalan di atas kepala orang-orang tersebut dalam pikiranku pasti akan terjatuh tapi ternyata tidak, yang ada malah orang-orang tersebut mempersilahkan kepalanya untuk kuinjak. Sepertinya mereka membentuk sebuah barisan agar aku bisa melewati di atas kepalanya dan sepertinya mereka sudah tahu kalau aku akan datang. Karena sebagian ada yang senyum kepadaku, ada yang melihatku dengan tatapan tajam, ada yang melihatku dengan tatapan lembut. Kemudian aku mengitari Ka’bah. Karena penasaran, aku ingin masuk ke dalam Ka’bah. Aku tidak bicara apa-apa, tapi hatiku yang berbicara. Tiba-tiba, pintu di Ka’bah tersebut terbuka pintunya ke arah kiri dan kanan secara perlahan-lahan yang sebenarnya aku tidak tahu bagaimana bentuk dan letak posisi pintu Ka’bah yang sebenarnya. Dan dalam hitungan detik aku sudah berada di dalam Kabah. Yang aku lihat adalah kaligrafi yang mengelilingi tembok yang sekarang aku sudah tahu kaligrafi itu adalah kaligrafi tulisan arab. Tulisannya besar dan bercahaya, berwarna emas terang benderang. Yang keindahannya tak dapat ku sampaikan dengan tulisan. Aku terkagum-kagum melihat keindahan tulisan tersebut. Kemudian aku melihat-lihat di sekelilingku, ternyata ada yang lebih menarik lagi. Ada tumpukan mutiara yang berbentuk seperti gunung, ada tumpukan emas batangan yang berjejer rapi dan menggunung, ada setumpuk perhiasan yang cahayanya terang benderang yang bentuknya seperti gunung juga, kemudian ada kursi emasnya juga tapi aku tidak tahu kursi apa itu. Tanpa kusadari, ternyata lantai yang aku injak sangatlah berbeda dengan lantai-lantai yang biasa. Lantainya benar-benar berkilau bak mutiara yang cahayanya tak bisa terbayangkan banyaknya. Sebenarnya aku sulit mengutarakan keindahan yang terjadi pada waktu itu, namun aku ingin menceritakan semampuku dalam mengingat kejadian tersebut. Tak lama kemudian aku terbangun dari tempat tidur. Ku lihat jam sekitar 02.00 dini hari. Aku terus terbayang-bayang akan mimpi tersebut, apakah artinya, adakah petunjuk di dalam mimpi tersebut, gerangan apakah yang berbicara dalam mimpiku tadi, begitu banyak pertanyaan yang muncul dalam benakku. Entah mimpi atau bukan, yang pasti kejadian ini benar-benar seperti nyata. Sebenarnya masih ada banyak lagi kejadian yang aku alami pada waktu mimpi ini. Tapi yang pasti secara garis besar, inilah yang aku alami
Tahun 2008 – 2009, adalah tahun yang semakin memberikan titik terang, salah satunya adalah dalam mimpiku aku selalu di datangi seorang lelaki tua, berjenggot, tinggi besar, hidung mancung, memakai baju putih seperti jubah, memakai sorban di kepalanya serta membawa tasbih. Dari kejadian ini aku terus berfikir, kenapa sosok orang tua tersebut sering muncul dalam mimpiku. Dan pakaian yang beliau kenakan juga tidak pernah berubah, selalu sama dengan mimpi-mimpiku sebelumnya. Lelaki tua disini bukan lelaki yang sudah tua renta dengan mamakai tongkat ditangannya, akan tetapi seorang lelaki yang sudah cukup tua dengan badan tegap, tinggi dan berbadan besar. Hidungnya mancung, kulitnya putih bersih, memiliki mata yang indah dan tajam tapi tetap terlihat lembut.
Ada dua mimpi dari beberapa mimpi yang lain yang membuat aku tak bisa melupakannya. Yang pertama suatu malam aku bermimpi berada disebuah tanah lapang yang tak ada seorangpun disekitarku. Yang kulihat hanyalah kabut putih yang membuat samar penglihatanku, seakan sunyi sepi dan tak berpenghuni. Namun saat aku melihat di sekeliling tempat tersebut, ada sesosok lelaki tua yang memakai baju putih, dan benar lelaki tua tersebut adalah orang tua yang sering muncul dalam mimpiku. Beliau tersenyum padaku, sambil membawa baju di kedua tangannya. Beliau mendekat padaku, sehingga aku bisa jelas melihat wajahnya dalam mimpi, meskipun begitu aku tidak tahu kenapa kalau di dunia nyata seperti ini aku tidak bisa mendiskripsikan bagaimana wajah dan paras orang tua tersebut. Beliau mendekat padaku, kemudian beliau mengulurkan kedua tangannya. Di masing-masing tangan terdapat baju, disebelah kiri ada baju yang berwarna hitam atau merah kehitaman, aku sudah agak lupa yang pasti baju tersebut berwarna gelap, kemudian tangan yang disebelah kanan terdapat baju yang berwarna putih. Beliau tidak berkata apa-apa, hanya menatapku tajam dan seakan menyuruhku untuk memilih baju tersebut. Kemudian aku sempat berfikir, baju yang mana yang harus aku pilih, beliau tidak menyuruhku untuk memilih yang sebelah kiri ataupun kanan, beliau menyuruhku untuk memilih sendiri dan memberikan kebebasan untukku. Aku sempat memandang wajahnya, begitu lembut dan mententramkan hati, tak bisa kuceritakan bagaimana wajahnya, yang pasti saat melihat wajahnya ada kepuasan yang belum pernah aku dapatkan, ada ketenangan yang kurasakan. Kemudian aku melihat kedua baju tersebut, aku bingung harus pilih yang mana. Kulihat orang tua tersebut menungguku dengan sabar, seakan beliau memberikan kebebasan kepadaku baju mana yang akan kupilih dan tak ada rasa kesal atau marah saat beliau menungguku untuk memilih baju yang berada tepat dihadapanku. Entah kenapa, dalam hatiku ingin sekali memilih baju yang berwarna putih. Akhirnya aku mengambil baju yang berwarna putih yang berada ditangan kanan orang tua tersebut. Dan saat kupegang, tiba-tiba baju tersebut menyala. Semakin kupegang semakin menyala, dan timbul rasa penasaran dalam hatiku, kemudian aku langsung mengambil dan memakainya. Ternyata baju putih yang aku pakai tersebut menyala seperti lampu terang benderang dan memancarkan sinar putih hingga menerangi sekitarku. Sekitarku yang awalnya sunyi sepi dan berkabut putih, seketika berubah menjadi terang benderang karena sinar yang muncul dari bajuku. Aku pernah melihat film-film yang menceritakan seorang putri/putra raja yang mendapatkan jubah kebesaran atau mahkota raja dan putri/putra raja tersebut langsung berputar-putar karena bahagia, begitu juga denganku, saat aku memakai baju tersebut aku begitu bahagia, aku langsung berputar-putar sambil tertawa bahagia. Perasaanku waktu itu sulit untuk aku ceritakan, karena ada rasa kebahagiaan yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Benar-benar luar biasa, baju yang awalnya biasa-biasa saja yang hanya berwarna putih biasa langsung berubah bercahaya dan memancarkan sinar yang terang benderang, padahal pada waktu itu mimpi, namun aku sendiri sulit mempercayai bahwa itu adalah mimpi karena benar-benar terasa nyata bagiku. Karena terlalu bahagia, aku sampai lupa dengan beliau yang tadi memberikan baju tersebut. Saat kusadari, ternyata beliau sudah tidak ada didepanku. Kulihat disekelilingku namun tak kutemukan sosok beliau lagi. Namun yang aku ingat adalah, saat aku memilih baju warna putih yang berada ditangan kanan beliau, hal terakhir yang aku lihat adalah beliau tersenyum padaku. Senyumnya begitu lembut, seakan lelaki tua itu juga bahagia karena aku memilih baju putih tersebut. Inilah mimpiku yang sebenarnya sulit untuk aku mengerti, karena kejadian di alam mimpi tersebut seakan benar-benar nyata. Namun aku tidak pernah menceritakannya kepada siapapun, karena takut tidak ada yang percaya. Mimpi ini aku alami pada tahun 2008
Mimpi yang kedua adalah aku bermimpi bertemu dengan orang lelaki tua itu lagi dan lelaki tua tersebut masih tetap mengenakan pakaian yang sama, mimpi ini aku alami pada pada tahun 2009. Suatu malam aku bermimpi, aku berada di dalam suatu rumah. Rumah tersebut begitu bersih dan indah, meja kursi serta korden penutup cendela tertata dengan rapi, lantai dan temboknya terlihat begitu bersih dan terawat. Akupun melihat-lihat isi rumah tersebut, ternyata seperti rumah pada umumnya. Ada ruang tamu, kamar tidur, dapur, hiasan dinding dan lain sebagainya. Aku berfikir dalam mimpi, rumah siapakah ini? Disaat aku sibuk dengan pertanyaan-pertanyaanku sendiri, terdengar suara ada yang mengetok pintu dari luar. Aku agak takut, kok ada yang mengetok pintu padahal aku tidak tahu rumah siapakah ini. Kemudian dengan mengumpulkan keberanian, akupun berusaha memberanikan diri untuk membuka pintu tersebut. Dan ternyata yang mengetuk pintu itu adalah lelaki tua yang sering kali muncul dalam mimpiku. Aku langsung tertunduk, dan beliaupun melihatku dengan tatapan yang sangat tajam. Aku seperti masih sulit untuk mempersilahkan beliau masuk, namun beliau begitu sabar menunggu didepan pintu sambil berdiri. Aku seperti sulit untuk mempersilahkan beliau untuk masuk ke dalam rumah. Kemudian aku beranikan diri untuk memandang wajahnya kembali, dan aku tak bisa berkutik sedikitpun saat aku memandang wajahnya. Mungkin aku benar-benar terpesona memandang wajahnya, karena wajahnya benar-benar seperti lembut dan enak dipandang. Begitu halus dan bersih, wajahnya putih bersih, kulitnya begitu indah, pakaian yang beliau pakai begitu halus dan indah, putih bersih itu yang terlihat. Entah seperti apa aku harus menceritakan bagaimana sosok beliau, karena benar-benar aku tak bisa menceritakan secara gamblang dan detail. Karena apabila dilihat dengan jelas, ternyata kulit dan pakaian yang beliau pakai memancarkan sinar, meski tak begitu terang benderang, namun dapat terlihat ada cahaya yang muncul dari kulit beliau. Selang beberapa lama, akupun mempersilahkan beliau masuk ke dalam rumah, seperti orang-orang jawa biasanya, aku mempersilahkan dengan mengacungkan jempolku tanda untuk mempersilahkan beliau masuk. Beliau pun tersenyum padaku sambil berjalan masuk ke dalam rumah, dan beliaupun langsung duduk di kursi yang sudah ada. Aku pun menyusul beliau untuk duduk, dan kamipun duduk secara berhadap-hadapan. Beliau duduk dikursi yang panjang, dan aku duduk di kursi yang pendek. Aku tidak berani melihat beliau, akupun hanya tertunduk diam. Beliaupun tak berkata-kata satu katapun. Jadi kondisinya kami berdua saling diam. Beliau memandangku dengan tajam, akan tetapi aku tak berani memandang beliau. Namun aku bisa merasakan, bahwa tatapan beliau adalah tatapan sayang, seperti tatapan seorang ayah yang sedang melihat anaknya. Dan akupun merasakan bahwa beliau masih tetap tersenyum padaku, padahal aku menunduk saat itu dan tidak memandang wajahnya, namun aku bisa tahu bahwa beliau tersenyum padaku. Beliau masih tetap tak berkata apapun juga dan hanya tersenyum melihatku. Kemudian aku terbangun dari tidurku. Inilah mimpiku yang tak bisa aku lupakan hingga saat ini.
Dari kejadian-kejadian tersebut, membuat aku semakin penasaran dan semakin ingin tahu apakah maksud dari suara adzan dan mimpi-mimpiku. Kemudian aku mencoba bertanya kepada orang yang ahli di bidang agama Kristen tentang hal tersebut, namun seakan jawaban yang aku terima tidak memberikan rasa puas bagiku. Masih ada sesuatu yang tidak aku mengerti, bahkan aku ingin mencoba mencari jawaban yang lain. Aku tidak berani sembarangan memilih orang untuk aku menceritakan tentang hal yang aku alami ini. Makanya aku terus berusaha untuk mencari orang yang tepat kepada siapa aku harus bercerita tentang yang aku alami tersebut. Kemudian aku menemukan salah satu orang yang memang hatiku seakan ingin sekali menceritakan kepada beliau, beliau adalah salah seorang yang paham dan mengerti tentang agama Islam, sebagai salah satu tokoh agama di daerah beliau, beliau juga menjadi salah satu penggerak atau motorik dalam perkembangan agama Islam di daerah beliau. Beliau adalah salah satu anggota dari keluarga angkatku, karena memang sebelum aku pindah agama, aku memiliki keluarga angkat. Dan keluarga angkatku ini adalah beragama Islam semua, namun diantara kami tidak ada dinding pemisah, karena kami saling menyayangi dan menghormati. Hanya agama kami saja yang berbeda, selebihnya aku sudah seperti keluarga sendiri layaknya orang tua dan anak. Kemudian singkat cerita, secara perlahan-lahan aku mencoba menceritakan kejadian-kejadian yang aku alami secara detail kepada beliau, dan tidak hanya yang aku ceritakan dalam tulisan ini, namun juga beberapa kejadian lainnya yang aku alami. Saat pertama kali beliau mendengar ceritaku, beliau sangat kaget. Bahkan beliau seakan tidak percaya, beliau juga sempat berkata : “Masyaallah…, Subhanallah…, apa yang kamu alami benar-benar adalah hidayah dari Allah. Bahkan saya sendiri yang bertahun-tahun menjadi Islam belum pernah mengalami seperti yang kamu alami. Memang Alloh-lah yang berkendak atas segala sesuatunya…”, dari apa yang beliau katakan tersebut, membuat aku kembali berfikir, ternyata apa yang aku alami ini adalah sesuatu yang tidak biasa, bisa dibilang tidak semua orang mengalami apa yang aku alami. Dari beberapa penjelasan beliau, aku mencoba merenungkan dan mencoba untuk memahaminya. Entah kenapa saat beliau menerangkan kejadian-kejadian yang aku alami, aku benar-benar merasa puas. Namun aku tetap saja bertahan dengan keegoisanku, yang seakan mengenyampingkan keterangan dari beliau. Karena memang jelas sekali bahwa beliau memberikan penjelasan bahwa semua yang aku alami tersebut dari Allah swt, dan itu adalah sebuah petunjuk untukku, agar aku bisa berjalan dijalan yang benar, yaitu di jalan Islam, apalagi setelah beliau berkata : “InsyaAllah, apa yang kamu alami adalah benar-benar dari Allah, dan Allah ingin kamu tahu, bahwasannya kamu diberikan isaroh untuk menjadi seorang Muslim yaitu dengan menjadi Mualaf”, aku tahu apa maksud dari mualaf, karena dulu aku pernah kenal dan tahu dengan kata-kata mualaf. Aku berontak, karena aku sudah menjadi kristen lebih dari 15 tahun. Bagaimana mungkin aku menjadi mualaf hanya karena kejadian – kejadian tersebut, sangat bodoh bagiku. Itu yang aku alami saat itu dan aku tidak ingin mencari jawaban dari kejadian-kejadian yang kualami lagi. Karena sudah jelas, apabila aku mencari jawaban kembali, jawaban yang aku dapatkan adalah jawaban yang mengajak aku untuk menjadi mualaf. Bagi orang lain mungkin mudah untuk mengatakannya, tapi bagiku itu adalah sesuatu yang sangat berat. Aku hidup dan berkembang dalam lingkungan kristen, jiwa kristen itu sudah terus bertumbuh dalam diriku dan aku tidak mungkin meninggalkan kristen begitu saja. “Apa kata dunia???!!!”, dalam hatiku berkata demikian karena memang aku benar-benar merasa tidak mungkin meninggalkan kristen. Seiring berjalannya waktu, membuat aku semakin tak mengerti, ada perang bathin yang aku rasakan. Bagaimana perang bathinku ini, tidak bisa aku jelaskan dengan kata-kata. Karena memang yang aku rasakan begitu sulit dan sangat tidak masuk akal bagiku waktu itu, aku terus saja dihantui rasa bersalah karena kenapa aku bertanya kepada orang tersebut. Tapi ada satu hal yang membuat aku tak mengerti, semakin aku ingin menjauhi perasaan pindah agama, hatiku terus ingin menuju kesana. Aku berperang dengan hatiku sendiri, dan itu membuat sangat tidak nyaman. Saat aku beribadah kristen pun, aku merasa ada yang kurang. Hatiku sudah menolak dengan beberapa liturgi (jalannya suatu ibadah kristen) yang aku ikuti ataupun yang aku pimpin. Hatiku seakan mempunyai jalan pikirannya sendiri, yang pada akhirnya aku terus berperang dengan kata hatiku. Bingung dan penat, itu yang aku alami. Karena memang aku merasa ada sesuatu yang harus aku temukan, harus ada sesuatu yang aku dapatkan. Tapi tidak mungkin aku menjadi Islam, karena latar belakangku saja adalah aktivis gereja, sangat tidak mungkin sekali aku menjadi mualaf. Ditambah aku adalah Ketua Mahasiswa Kristen dikampusku, apa kata teman dan dosenku apabila aku menjadi mualaf, pasti sangat memalukan sekali. Setiap malam aku terus saja berperang dengan kata hatiku, dan seakan aku ingin teriak sekencang-kencangnya karena aku sudah tidak kuat. Akibat dari perang bathin tersebut aku malah merasa sudah menjadi seorang yang atheis (tidak percaya adanya Tuhan), karena sekitar 2 minggu aku terus saja tidak ingin berdoa apapun dan tidak ingin beribadah apapun. Aku benar-benar meninggalkan kegiatan ibadah apapun. Dan itu sangat menyakitkan bagiku
Singkat cerita, pada suatu malam, tepatnya pada hari Jum’at pukul 01.00 WIB dini hari, seperti ada yang membangunkan aku, sangat terasa sekali ada yang seperti menyentuhku dan membangunkan aku dari tidur. Kemudian aku terbangun dari tidur, aku pikir salah satu keluarga angkatku yang membangunkan aku karena waktu itu aku tidur dirumah keluarga angkatku. Namun saat aku terbangun, ternyata tidak ada siapa-siapa. Aku sempat kaget dan langsung merinding, karena sangat aneh bagiku kejadian tersebut. Disaat aku sibuk dengan pikiranku sendiri, siapakah yang membangunkan aku tadi, tiba-tiba ada suara yang lembut dan sangat menggetarkan hati berkata : “Islam adalah agama yang benar, Islam adalah agamamu. Apa salahnya kamu pindah Islam? Karena sesungguhnya Islam adalah baik bagimu”, saat aku menulis inipun, aku kembali merinding apabila mengingat kejadian tersebut. Waktu itu hatiku sungguh merasa tenang mendengarkan suara yang lembut tersebut, namun sebenarnya aku sangat kaget dan sangat takut, karena ada suara namun tidak ada orangnya. Kemudian suara itu berkata, “Bangun dan ambillah wudhlu. Karena itu baik bagimu”, kemudian aku terbangun dari tempat tidurku dan pergi ke kamar mandi, waktu itu aku sebenarnya bingung kenapa aku seperti menuruti suara tersebut, namun memang sebenarnya hatiku yang menggerakkan agar pikiran dan tubuhku untuk mengikuti suara tersebut. Setelah di kamar mandi aku kembali dihadapkan dengan pertanyaan, bagaimana caranya ber-wudhlu, karena aku benar-benar tidak tahu. Selang beberapa detik, suara lembut itu muncul kembali seraya berkata, “Bersihkanlah wajah, tangan dan kakimu dengan air, sebagaimana yang sudah kamu ketahui”, mendengar suara tersebut, aku langsung teringat sebuah tayangan di televisi, apabila adzan maghrib, tayangan tersebut menampilkan orang-orang yang ber-wudhlu, meski tidak semua ditayangkan, namun aku masih ingat apa saja yang harus dibersihkan. Kemudian aku membasuh wajah, tangan dan kaki, yang sebenarnya aku tidak tahu sama sekali bagaimana caranya ber-wudhlu, hanya saja aku yakin sekali bahwa apa yang aku lakukan adalah benar. Setelah ber-wudhlu aku kembali ke tempat tidur, aku bingung mau apa lagi. Kemudian suara tersebut muncul kembali, “Berdoalah kepada Allah, sebagaimana orang Islam berdoa. Mintalah kepada Allah apa yang ada dalam hatimu, karena sesungguhnya Allah melihatmu sekarang ini dan Allah tahu apa yang kamu lakukan, karena Allah menunggumu”, setelah itu aku mencoba untuk duduk dengan keadaan kaki seperti bersujud, rasanya ingin sekali sholat, namun karena aku tidak bisa sholat, aku hanya duduk lalu melakukan sujud 3 kali seperti orang sholat yang pernah aku lihat. Setelah sujud 3 kali, kemudian aku menengadahkan tanganku, sambil berdoa : “Ya Allah, inilah hamba, apa adanya hamba, hambamu yang penuh dengan dosa ini, mengharapkan kasih sayang dariMu. Jika memang Engkau mengijinkan hamba mualaf, berikanlah kesempatan kepada hamba untuk melakukan syahadat sekarang ini juga, namun jika Engkau tidak menginginkan hamba mualaf, ambillah nyawa hamba sekarang juga, daripada hamba hidup dalam keadaan yang lebih berdosa karena tidak beragama dan tidak bertuhan, amin.”, dengan air mata yang terus mengalir, aku sendiri sebenarnya bingung kenapa aku bisa berdoa seperti itu, namun itu yang ada dalam hatiku dan memang itu yang ingin aku sampaikan. Aku tahu kata “syahadat” dari salah satu anggota keluarga angkatku, namun beliau tidak memberikan isi atau mengajarkan kalimat syahadat bagiku. Yang hanya disampaikan, bila ingin masuk Islam, harus membaca kalimat syahadat. Jadi pada intinya aku sama sekali tidak bisa membaca kalimat syahadat, itu saja. Tapi malam itu, aku sangat yakin sekali untuk membaca syahadat. Karena rasa keyakinanku tersebut, selang beberapa detik setelah aku berdoa, ada suara yang muncul kembali berkata, “Syahadat-lah, Karena sesungguhnya syahadatmu itu dari hatimu”, kemudian suara tersebut berkata kembali, “Asyhadu An-Laa Ilâha Illallâh, wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullâh”, kemudian aku pun mengikuti suara tersebut secara perlahan-lahan dan berulang-ulang kali, suara tersebut tidak hanya terdengar satu kali, namun beberapakali muncul hingga aku bisa membaca syahadat sendiri dengan hati dan mulutku sendiri, dengan penuh keyakinan akupun berkata : “Asyhadu An-Laa Ilâha Illallâh, wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullâh”. Setelah aku membaca kalimat syahadat tersebut, aku langsung merasa puas, lega dan tenang. Aku seperti merasakan sesuatu yang baru, sesuatu kebahagiaan yang belum pernah aku rasakan, seakan semua beban dalam hidupku seperti hilang begitu saja, seperti tidak ada masalah dan tidak ada beban hidup yang aku rasakan. Benar-benar perasaan yang tidak dapat terkatakan. Kemudian sekitar pukul 08.00 WIB pagi aku berkata kepada keluarga angkatku, bahwasannya aku siap menjadi mualaf, namun aku tidak menceritakan kejadian tadi malam yang aku alami. Semua anggota keluarga angkatku langsung menangis histeris dan langsung memelukku dan menciumiku, semua terasa bahagia waktu itu. Kebahagiaan yang tidak dapat kugambarkan dengan tulisan, karena tangisan mereka adalah tangisan bahagia yang sungguh sangat menggetarkan hati. Kemudian aku disuruh untuk mandi taubat, dengan diberitahukan cara-caranya. Setelah mandi aku diajarkan untuk berwudhlu, dan setelah wudhlu aku diberi sarung dan baju koko. Dimana sarung dan baju koko adalah pakaian Islam yang baru pertama kali aku pakai, dan kemudian keluarga angkatku menyuruhku untuk mengikuti setiap apa yang dilakukan nanti, maksudnya aku harus mengikuti gerakan-gerakan sholat apabila dimasjid nanti, karena aku akan diajak sholat Jum’at. Setelah itu aku diajak ke sebuah masjid yang ternyata masjid tersebut sudah lumayan penuh dengan jama’ah sholat Jum’at. Awalnya aku takut untuk masuk masjid, karena seakan prosesnya terlalu cepat bagiku, aku yang baru saja masuk Islam barusan, tiba-tiba sudah harus masuk ke dalam masjid, yang notabene-nya adalah tempat ibadah yang baru kenal. Namun aku tetap diajak untuk masuk dan duduk serta mengikuti gerakan-gerakan sholat Jum’at. Setelah sholat Jum’at, kemudian anggota keluarga angkatku tersebut maju kedepan dan membisikkan sesuatu kepada orang yang menjadi pemimpin sholat Jum’at, kemudian beliau memberikan pengumuman bahwa ada seorang yang mualaf, semua jama’ah bingung, toleh sana toleh sini, karena bingung siapa yang menjadi mualaf. Kemudian namaku disebut, dan aku disuruh maju. Dengan didampingi keluarga angkatku, akupun memberanikan diri untuk maju kedepan. Kemudian didepan para jama’ah aku diajak untuk mengucapkan kalimat syahadat kembali, dengan berlinangkan air mata, semua para jama’ah pun ikut dalam suasana yang sangat luar biasa bagi mereka siang itu. Semua para jama’ah menangis, bahkan sampai ada yang tersedu-sedu karena melihatku akan mengucapkan kalimat syahadat. Kemudian aku dibimbing untuk membaca kalimat syahadat, “Asyhadu An-Laa Ilâha Illallâh, wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullâh”. Setelah aku mengucapkan kalimat tersebut, semua para jama’ah maju kedepan dan memberikan ucapan selamat, tak sedikit juga yang merangkulku, semua terbawa suasana waktu itu, isak tangis yang mengiringi jabat tangan kami, akupun tidak kuat menahan air mata. Sungguh benar-benar kejadian yang luar biasa bagiku, aku seperti hidup baru, dan aku pun seperti lahir baru dan seolah-olah baru terlahir di dunia ini. Entah bagaimana untuk menggambarkan suasana waktu itu, namun tak perlu aku menggambarkan suasana tersebut, aku yakin para pembaca sekalian pasti paham dengan keadaan suasana tersebut. Hari itu adalah hari yang berharga bagiku, bahkan menjadi hari yang luar biasa bagiku. Hari yang menjadi awal dan pertama kali aku masuk Islam, hari yang pertama kali aku memakai sarung dan baju koko, hari yang pertama kali aku belajar wudhlu dan belajar sholat. Sungguh sangat istimewa bagiku. Hari itu adalah Hari Jum’at tepatnya tanggal 24 Juli 2009 / 2 Syaban 1430 H. Hari yang tak kan pernah ku lupakan seumur hidupku
And I would like to say, “that day is the best day I ever had” atau hari itu adalah hari yang terbaik yang pernah aku alami atau aku miliki. Dan sungguh awal yang sangat indah sekali, Allah memberikan kesempatan kepadaku untuk menjadi mualaf pada hari Jum’at, yang sekarang aku telah tahu bahwa hari Jum’at adalah hari yang istimewa bagi umat Muslim. Dan alhamdulillah sekarang aku adalah seorang yang beragama Islam, dan aku bangga menjadi orang Muslim. Inilah sebagian cerita hidupku yang menjadi salah satu alasan kenapa aku pindah agama. Cerita hidup dari seorang hamba Allah, yang sebenarnya tidak layak untuk menjadi hamba-NYA karena aku sadar, bahwa hidupku sangatlah berdosa dan sangatlah hina, aku bukan siapa-siapa, dan akupun bukan keturunan dari pembesar-pembesar atau tokoh-tokoh yang besar. Namun aku yakin, bahwa semua itu adalah skenario dari Allah, dan sesungguhnya Allah tahu yang terbaik bagi setiap ummat-NYA serta Allah berhak kepada siapa Allah akan memilih untuk menjadi ummat-NYA. Dan kini, Islam adalah jalan hidupku yang terakhir, tak akan pernah kugantikan jalan hidupku ini dengan apapun juga. Seperti ada tertulis : “……………………….. Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?” Katakanlah: “Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus” ((Terjemahan dari QS. Al Baqarah : 142 ))
Kini, aku berada ditempat ini, disebuah daerah yang bernama Sarang, sebuah daerah yang baru aku kenal dan aku pijak sekarang ini, tempat yang begitu banyak menampilkan berbagai kegiatan islami, tempat dimana ajaran Islam ditegakkan dan disyi’arkan dengan berbagai bedah ilmu Islam, Lembaga Pendidikan serta adanya beberapa ulama besar yang salah satunya adalah seorang syaikina yang patut menjadi panutan yang sudah diakui oleh dunia, KH. Maimoen Zubair. Aku merasa menemukan ilmu yang sudah sepatutnya aku pelajari, bahkan aku merasa, hakikatnya mencari ilmu adalah di sini. Tempat yang sebenarnya baru aku kenal, namun aku sepertinya tidak ingin meninggalkan tempat ini. Tempat dimana orang menyebutnya sebagai Kota Santri atau Kaum Sarungan, dengan ilmu salaf yang diajarkan, aku merasa “tepat” berada disini. Pun juga sebenarnya ada cerita tersendiri mengapa aku bisa sampai ditempat ini. Sungguh rahasia Allah yang sulit untuk aku mengerti, namun aku tak perlu tanya mengapa, karena semua ini adalah bagian dari rencana Allah dalam hidupku. Meskipun semua anggota keluargaku masih beragama kristen. Namun Alhamdulillah sekarang anggota keluargaku sudah mau menerimaku dalam keadaan Islam. Dan semoga merekapun mendapatkan hidayah seperti yang aku alami, amin
Tahun 2005, adalah tahun dimana aku mengalami sesuatu yang sangat sulit dimengerti. Ketika itu aku tidur, tiba-tiba terdengar suara adzan yang berkumandang di telingaku. Sangat keras, seperti sebuah speaker besar tepat berada di telingaku, sehingga membuat hati dan tubuhku bergetar mendengarnya. Suara adzan, suara yang seringkali aku dengar dari mushola atau masjid di sekitar rumahku. Suara adzan yang sama sekali tidak aku kenal dan tidak aku mengerti, tetapi pada saat mendengarkannya, seakan hatiku pun ikut mengumandangkannya. Ini bukan mimpi saat tidur, tapi benar-benar nyata yang aku alami. Karena setelah aku mendengar suara adzan tersebut, aku langsung terbangun dan suara adzan tersebut masih berkumandang di telingaku. Dalam penglihatanku seakan-akan tidak percaya, karena waktu itu waktu menunjukkan tengah malam, mungkin sekitar jam 3 malam. Yang setahuku, jam itu tidak ada adzan yang dikumandangkan. Semakin aku menolak untuk mendengarkannya, suara adzan tersebut malah semakin keras terdengar. Hatiku ingin terus mendengarkannya, namun tubuh dan pikiranku seakan menolaknya. Sepertinya hatiku memiliki jalan pemikirannya sendiri. Karena saking takutnya, tubuhku mulai gemetaran mendengarkannya. Dan aku sendiri tidak tahu, kenapa hatiku sepertinya bisa untuk mengumandangkan dan mengikuti suara adzan tersebut. Malam itu adalah malam yang sangat aneh bagiku, suara adzan yang berkumandang benar-benar mengoyakkan jalan pikiranku. Setelah kejadian itu, aku berusaha untuk melupakannya. Karena aku menyadari, aku bukan orang yang beragama Islam, aku adalah orang yang beragama kristen jadi sudah sewajarnya jika aku berusaha untuk melupakan kejadian tersebut. Tak mudah memang untuk melupakannya, karena seakan aku terus dihantui kejadian malam itu. Dengan berbagai kegiatan dan ibadah kristen, aku berusaha untuk melupakan kejadian tersebut
Tahun 2006, tahun ini adalah tahun yang sungguh membuat aku semakin merasa bingung. Suatu malam, aku tertidur seperti biasa. Sepulang mengajar komputer di salah satu SMK di tempatku, aku merasa sangat lelah sekali karena ada pekerjaan yang sangat menumpuk hingga membuat aku harus lembur. Sekitar jam 10 malam aku tiba di rumah, waktu itu aku langsung persiapan tidur, seperti bersih-bersih badan dan berdoa sebelum tidur, berdoa dengan cara kristen tentunya. Akupun tertidur, dalam tidurku aku bermimpi. Lagi-lagi ini adalah kejadian yang aneh. Seakan-akan kedua tanganku ada yang memegang, aku merasa keluar dari tubuhku sendiri. Akupun bisa melihat tubuhku sendiri, aku bisa menembus genting rumah dan aku pun bisa melihat-lihat keadaan disekitar rumahku pada malam itu. Sepi dan dingin, itulah yang aku rasakan. Semakin lama semakin aku semakin menuju keatas, tanpa kusadari ternyata aku menuju keatas langit. Bahkan terasa sesak didada karena bertabrakan dengan langit malam itu, dan seakan nafasku pun sedikit tersengal karena berada di atmosfir yang baru aku rasakan. Dalam hitungan beberapa detik, ternyata aku sudah berada di luar angkasa. Tiba-tiba terdengar suara yang merdu dan lantang, seraya berkata “Inilah matahari, inilah bulan, inilah planet, inilah bintang dan lihatlah ke bawah, itulah bumi…”, dan memang benar, yang dihadapanku memang semua yang disebutkan tersebut. Aku bisa melihat dengan jelas bagaimana matahari, bulan, planet-planet, bintang dan bumi. Lalu muncul pertanyaan dalam hatiku, kenapa bumi ada dibawah. Ingin rasanya memalingkan kepalaku, dan ingin melihat siapa yang memiliki suara indah dan merdu itu, namun aku seperti terkunci, tidak bisa bergerak kemana-mana. Yang aku lihat hanyalah sinar yang sangat terlihat terang dari belakangku. Setelah itu, terdengar suara lagi, “Akulah Tuhanmu, Aku adalah satu, Tuhan Yang Maha Esa…”. Sungguh sangat sulit dimengerti memang, meski sebenarnya aku sangat sulit untuk menggambarkan bagaimana suasana malam itu
Kemudian aku dibawa turun, dan tanganku pun dipegang lagi. Saat melintasi langit, aku pikir langsung menuju ke tempatku semula atau kembali ke tubuhku, namun ternyata tidak, aku diajak terbang ke arah barat. Ternyata aku sudah berada di atas Mekkah hanya dalam hitungan beberapa detik saja, dari atas langit kulihat beribu-ribu orang mengitari sebuah bangunan kotak hitam, yang sekarang aku sudah tahu bangunan itu adalah Ka’bah. Aku benar-benar diatas orang-orang tersebut, mereka seperti semut karena begitu banyaknya. Karena penasaran, dalam hatiku, aku ingin sekali turun ke bawah, namun langsung ada suara lagi berkata : “Sekali-kali kamu tidak boleh menyentuh tanah disitu, kamu hanya boleh menyentuh kepala orang-orang disitu”, kemudian aku mengangguk. Selang beberapa detik setelah aku mengangguk, aku sudah berada di atas kepala orang-orang yang di bawahku tadi. Kemudian aku berjalan mengitari Ka’bah dengan berjalan di atas kepala orang-orang tersebut. Dalam mimpiku, aku masih agak bingung juga karena pada saat aku berjalan di atas kepala orang-orang tersebut dalam pikiranku pasti akan terjatuh tapi ternyata tidak, yang ada malah orang-orang tersebut mempersilahkan kepalanya untuk kuinjak. Sepertinya mereka membentuk sebuah barisan agar aku bisa melewati di atas kepalanya dan sepertinya mereka sudah tahu kalau aku akan datang. Karena sebagian ada yang senyum kepadaku, ada yang melihatku dengan tatapan tajam, ada yang melihatku dengan tatapan lembut. Kemudian aku mengitari Ka’bah. Karena penasaran, aku ingin masuk ke dalam Ka’bah. Aku tidak bicara apa-apa, tapi hatiku yang berbicara. Tiba-tiba, pintu di Ka’bah tersebut terbuka pintunya ke arah kiri dan kanan secara perlahan-lahan yang sebenarnya aku tidak tahu bagaimana bentuk dan letak posisi pintu Ka’bah yang sebenarnya. Dan dalam hitungan detik aku sudah berada di dalam Kabah. Yang aku lihat adalah kaligrafi yang mengelilingi tembok yang sekarang aku sudah tahu kaligrafi itu adalah kaligrafi tulisan arab. Tulisannya besar dan bercahaya, berwarna emas terang benderang. Yang keindahannya tak dapat ku sampaikan dengan tulisan. Aku terkagum-kagum melihat keindahan tulisan tersebut. Kemudian aku melihat-lihat di sekelilingku, ternyata ada yang lebih menarik lagi. Ada tumpukan mutiara yang berbentuk seperti gunung, ada tumpukan emas batangan yang berjejer rapi dan menggunung, ada setumpuk perhiasan yang cahayanya terang benderang yang bentuknya seperti gunung juga, kemudian ada kursi emasnya juga tapi aku tidak tahu kursi apa itu. Tanpa kusadari, ternyata lantai yang aku injak sangatlah berbeda dengan lantai-lantai yang biasa. Lantainya benar-benar berkilau bak mutiara yang cahayanya tak bisa terbayangkan banyaknya. Sebenarnya aku sulit mengutarakan keindahan yang terjadi pada waktu itu, namun aku ingin menceritakan semampuku dalam mengingat kejadian tersebut. Tak lama kemudian aku terbangun dari tempat tidur. Ku lihat jam sekitar 02.00 dini hari. Aku terus terbayang-bayang akan mimpi tersebut, apakah artinya, adakah petunjuk di dalam mimpi tersebut, gerangan apakah yang berbicara dalam mimpiku tadi, begitu banyak pertanyaan yang muncul dalam benakku. Entah mimpi atau bukan, yang pasti kejadian ini benar-benar seperti nyata. Sebenarnya masih ada banyak lagi kejadian yang aku alami pada waktu mimpi ini. Tapi yang pasti secara garis besar, inilah yang aku alami
Tahun 2008 – 2009, adalah tahun yang semakin memberikan titik terang, salah satunya adalah dalam mimpiku aku selalu di datangi seorang lelaki tua, berjenggot, tinggi besar, hidung mancung, memakai baju putih seperti jubah, memakai sorban di kepalanya serta membawa tasbih. Dari kejadian ini aku terus berfikir, kenapa sosok orang tua tersebut sering muncul dalam mimpiku. Dan pakaian yang beliau kenakan juga tidak pernah berubah, selalu sama dengan mimpi-mimpiku sebelumnya. Lelaki tua disini bukan lelaki yang sudah tua renta dengan mamakai tongkat ditangannya, akan tetapi seorang lelaki yang sudah cukup tua dengan badan tegap, tinggi dan berbadan besar. Hidungnya mancung, kulitnya putih bersih, memiliki mata yang indah dan tajam tapi tetap terlihat lembut.
Ada dua mimpi dari beberapa mimpi yang lain yang membuat aku tak bisa melupakannya. Yang pertama suatu malam aku bermimpi berada disebuah tanah lapang yang tak ada seorangpun disekitarku. Yang kulihat hanyalah kabut putih yang membuat samar penglihatanku, seakan sunyi sepi dan tak berpenghuni. Namun saat aku melihat di sekeliling tempat tersebut, ada sesosok lelaki tua yang memakai baju putih, dan benar lelaki tua tersebut adalah orang tua yang sering muncul dalam mimpiku. Beliau tersenyum padaku, sambil membawa baju di kedua tangannya. Beliau mendekat padaku, sehingga aku bisa jelas melihat wajahnya dalam mimpi, meskipun begitu aku tidak tahu kenapa kalau di dunia nyata seperti ini aku tidak bisa mendiskripsikan bagaimana wajah dan paras orang tua tersebut. Beliau mendekat padaku, kemudian beliau mengulurkan kedua tangannya. Di masing-masing tangan terdapat baju, disebelah kiri ada baju yang berwarna hitam atau merah kehitaman, aku sudah agak lupa yang pasti baju tersebut berwarna gelap, kemudian tangan yang disebelah kanan terdapat baju yang berwarna putih. Beliau tidak berkata apa-apa, hanya menatapku tajam dan seakan menyuruhku untuk memilih baju tersebut. Kemudian aku sempat berfikir, baju yang mana yang harus aku pilih, beliau tidak menyuruhku untuk memilih yang sebelah kiri ataupun kanan, beliau menyuruhku untuk memilih sendiri dan memberikan kebebasan untukku. Aku sempat memandang wajahnya, begitu lembut dan mententramkan hati, tak bisa kuceritakan bagaimana wajahnya, yang pasti saat melihat wajahnya ada kepuasan yang belum pernah aku dapatkan, ada ketenangan yang kurasakan. Kemudian aku melihat kedua baju tersebut, aku bingung harus pilih yang mana. Kulihat orang tua tersebut menungguku dengan sabar, seakan beliau memberikan kebebasan kepadaku baju mana yang akan kupilih dan tak ada rasa kesal atau marah saat beliau menungguku untuk memilih baju yang berada tepat dihadapanku. Entah kenapa, dalam hatiku ingin sekali memilih baju yang berwarna putih. Akhirnya aku mengambil baju yang berwarna putih yang berada ditangan kanan orang tua tersebut. Dan saat kupegang, tiba-tiba baju tersebut menyala. Semakin kupegang semakin menyala, dan timbul rasa penasaran dalam hatiku, kemudian aku langsung mengambil dan memakainya. Ternyata baju putih yang aku pakai tersebut menyala seperti lampu terang benderang dan memancarkan sinar putih hingga menerangi sekitarku. Sekitarku yang awalnya sunyi sepi dan berkabut putih, seketika berubah menjadi terang benderang karena sinar yang muncul dari bajuku. Aku pernah melihat film-film yang menceritakan seorang putri/putra raja yang mendapatkan jubah kebesaran atau mahkota raja dan putri/putra raja tersebut langsung berputar-putar karena bahagia, begitu juga denganku, saat aku memakai baju tersebut aku begitu bahagia, aku langsung berputar-putar sambil tertawa bahagia. Perasaanku waktu itu sulit untuk aku ceritakan, karena ada rasa kebahagiaan yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Benar-benar luar biasa, baju yang awalnya biasa-biasa saja yang hanya berwarna putih biasa langsung berubah bercahaya dan memancarkan sinar yang terang benderang, padahal pada waktu itu mimpi, namun aku sendiri sulit mempercayai bahwa itu adalah mimpi karena benar-benar terasa nyata bagiku. Karena terlalu bahagia, aku sampai lupa dengan beliau yang tadi memberikan baju tersebut. Saat kusadari, ternyata beliau sudah tidak ada didepanku. Kulihat disekelilingku namun tak kutemukan sosok beliau lagi. Namun yang aku ingat adalah, saat aku memilih baju warna putih yang berada ditangan kanan beliau, hal terakhir yang aku lihat adalah beliau tersenyum padaku. Senyumnya begitu lembut, seakan lelaki tua itu juga bahagia karena aku memilih baju putih tersebut. Inilah mimpiku yang sebenarnya sulit untuk aku mengerti, karena kejadian di alam mimpi tersebut seakan benar-benar nyata. Namun aku tidak pernah menceritakannya kepada siapapun, karena takut tidak ada yang percaya. Mimpi ini aku alami pada tahun 2008
Mimpi yang kedua adalah aku bermimpi bertemu dengan orang lelaki tua itu lagi dan lelaki tua tersebut masih tetap mengenakan pakaian yang sama, mimpi ini aku alami pada pada tahun 2009. Suatu malam aku bermimpi, aku berada di dalam suatu rumah. Rumah tersebut begitu bersih dan indah, meja kursi serta korden penutup cendela tertata dengan rapi, lantai dan temboknya terlihat begitu bersih dan terawat. Akupun melihat-lihat isi rumah tersebut, ternyata seperti rumah pada umumnya. Ada ruang tamu, kamar tidur, dapur, hiasan dinding dan lain sebagainya. Aku berfikir dalam mimpi, rumah siapakah ini? Disaat aku sibuk dengan pertanyaan-pertanyaanku sendiri, terdengar suara ada yang mengetok pintu dari luar. Aku agak takut, kok ada yang mengetok pintu padahal aku tidak tahu rumah siapakah ini. Kemudian dengan mengumpulkan keberanian, akupun berusaha memberanikan diri untuk membuka pintu tersebut. Dan ternyata yang mengetuk pintu itu adalah lelaki tua yang sering kali muncul dalam mimpiku. Aku langsung tertunduk, dan beliaupun melihatku dengan tatapan yang sangat tajam. Aku seperti masih sulit untuk mempersilahkan beliau masuk, namun beliau begitu sabar menunggu didepan pintu sambil berdiri. Aku seperti sulit untuk mempersilahkan beliau untuk masuk ke dalam rumah. Kemudian aku beranikan diri untuk memandang wajahnya kembali, dan aku tak bisa berkutik sedikitpun saat aku memandang wajahnya. Mungkin aku benar-benar terpesona memandang wajahnya, karena wajahnya benar-benar seperti lembut dan enak dipandang. Begitu halus dan bersih, wajahnya putih bersih, kulitnya begitu indah, pakaian yang beliau pakai begitu halus dan indah, putih bersih itu yang terlihat. Entah seperti apa aku harus menceritakan bagaimana sosok beliau, karena benar-benar aku tak bisa menceritakan secara gamblang dan detail. Karena apabila dilihat dengan jelas, ternyata kulit dan pakaian yang beliau pakai memancarkan sinar, meski tak begitu terang benderang, namun dapat terlihat ada cahaya yang muncul dari kulit beliau. Selang beberapa lama, akupun mempersilahkan beliau masuk ke dalam rumah, seperti orang-orang jawa biasanya, aku mempersilahkan dengan mengacungkan jempolku tanda untuk mempersilahkan beliau masuk. Beliau pun tersenyum padaku sambil berjalan masuk ke dalam rumah, dan beliaupun langsung duduk di kursi yang sudah ada. Aku pun menyusul beliau untuk duduk, dan kamipun duduk secara berhadap-hadapan. Beliau duduk dikursi yang panjang, dan aku duduk di kursi yang pendek. Aku tidak berani melihat beliau, akupun hanya tertunduk diam. Beliaupun tak berkata-kata satu katapun. Jadi kondisinya kami berdua saling diam. Beliau memandangku dengan tajam, akan tetapi aku tak berani memandang beliau. Namun aku bisa merasakan, bahwa tatapan beliau adalah tatapan sayang, seperti tatapan seorang ayah yang sedang melihat anaknya. Dan akupun merasakan bahwa beliau masih tetap tersenyum padaku, padahal aku menunduk saat itu dan tidak memandang wajahnya, namun aku bisa tahu bahwa beliau tersenyum padaku. Beliau masih tetap tak berkata apapun juga dan hanya tersenyum melihatku. Kemudian aku terbangun dari tidurku. Inilah mimpiku yang tak bisa aku lupakan hingga saat ini.
Dari kejadian-kejadian tersebut, membuat aku semakin penasaran dan semakin ingin tahu apakah maksud dari suara adzan dan mimpi-mimpiku. Kemudian aku mencoba bertanya kepada orang yang ahli di bidang agama Kristen tentang hal tersebut, namun seakan jawaban yang aku terima tidak memberikan rasa puas bagiku. Masih ada sesuatu yang tidak aku mengerti, bahkan aku ingin mencoba mencari jawaban yang lain. Aku tidak berani sembarangan memilih orang untuk aku menceritakan tentang hal yang aku alami ini. Makanya aku terus berusaha untuk mencari orang yang tepat kepada siapa aku harus bercerita tentang yang aku alami tersebut. Kemudian aku menemukan salah satu orang yang memang hatiku seakan ingin sekali menceritakan kepada beliau, beliau adalah salah seorang yang paham dan mengerti tentang agama Islam, sebagai salah satu tokoh agama di daerah beliau, beliau juga menjadi salah satu penggerak atau motorik dalam perkembangan agama Islam di daerah beliau. Beliau adalah salah satu anggota dari keluarga angkatku, karena memang sebelum aku pindah agama, aku memiliki keluarga angkat. Dan keluarga angkatku ini adalah beragama Islam semua, namun diantara kami tidak ada dinding pemisah, karena kami saling menyayangi dan menghormati. Hanya agama kami saja yang berbeda, selebihnya aku sudah seperti keluarga sendiri layaknya orang tua dan anak. Kemudian singkat cerita, secara perlahan-lahan aku mencoba menceritakan kejadian-kejadian yang aku alami secara detail kepada beliau, dan tidak hanya yang aku ceritakan dalam tulisan ini, namun juga beberapa kejadian lainnya yang aku alami. Saat pertama kali beliau mendengar ceritaku, beliau sangat kaget. Bahkan beliau seakan tidak percaya, beliau juga sempat berkata : “Masyaallah…, Subhanallah…, apa yang kamu alami benar-benar adalah hidayah dari Allah. Bahkan saya sendiri yang bertahun-tahun menjadi Islam belum pernah mengalami seperti yang kamu alami. Memang Alloh-lah yang berkendak atas segala sesuatunya…”, dari apa yang beliau katakan tersebut, membuat aku kembali berfikir, ternyata apa yang aku alami ini adalah sesuatu yang tidak biasa, bisa dibilang tidak semua orang mengalami apa yang aku alami. Dari beberapa penjelasan beliau, aku mencoba merenungkan dan mencoba untuk memahaminya. Entah kenapa saat beliau menerangkan kejadian-kejadian yang aku alami, aku benar-benar merasa puas. Namun aku tetap saja bertahan dengan keegoisanku, yang seakan mengenyampingkan keterangan dari beliau. Karena memang jelas sekali bahwa beliau memberikan penjelasan bahwa semua yang aku alami tersebut dari Allah swt, dan itu adalah sebuah petunjuk untukku, agar aku bisa berjalan dijalan yang benar, yaitu di jalan Islam, apalagi setelah beliau berkata : “InsyaAllah, apa yang kamu alami adalah benar-benar dari Allah, dan Allah ingin kamu tahu, bahwasannya kamu diberikan isaroh untuk menjadi seorang Muslim yaitu dengan menjadi Mualaf”, aku tahu apa maksud dari mualaf, karena dulu aku pernah kenal dan tahu dengan kata-kata mualaf. Aku berontak, karena aku sudah menjadi kristen lebih dari 15 tahun. Bagaimana mungkin aku menjadi mualaf hanya karena kejadian – kejadian tersebut, sangat bodoh bagiku. Itu yang aku alami saat itu dan aku tidak ingin mencari jawaban dari kejadian-kejadian yang kualami lagi. Karena sudah jelas, apabila aku mencari jawaban kembali, jawaban yang aku dapatkan adalah jawaban yang mengajak aku untuk menjadi mualaf. Bagi orang lain mungkin mudah untuk mengatakannya, tapi bagiku itu adalah sesuatu yang sangat berat. Aku hidup dan berkembang dalam lingkungan kristen, jiwa kristen itu sudah terus bertumbuh dalam diriku dan aku tidak mungkin meninggalkan kristen begitu saja. “Apa kata dunia???!!!”, dalam hatiku berkata demikian karena memang aku benar-benar merasa tidak mungkin meninggalkan kristen. Seiring berjalannya waktu, membuat aku semakin tak mengerti, ada perang bathin yang aku rasakan. Bagaimana perang bathinku ini, tidak bisa aku jelaskan dengan kata-kata. Karena memang yang aku rasakan begitu sulit dan sangat tidak masuk akal bagiku waktu itu, aku terus saja dihantui rasa bersalah karena kenapa aku bertanya kepada orang tersebut. Tapi ada satu hal yang membuat aku tak mengerti, semakin aku ingin menjauhi perasaan pindah agama, hatiku terus ingin menuju kesana. Aku berperang dengan hatiku sendiri, dan itu membuat sangat tidak nyaman. Saat aku beribadah kristen pun, aku merasa ada yang kurang. Hatiku sudah menolak dengan beberapa liturgi (jalannya suatu ibadah kristen) yang aku ikuti ataupun yang aku pimpin. Hatiku seakan mempunyai jalan pikirannya sendiri, yang pada akhirnya aku terus berperang dengan kata hatiku. Bingung dan penat, itu yang aku alami. Karena memang aku merasa ada sesuatu yang harus aku temukan, harus ada sesuatu yang aku dapatkan. Tapi tidak mungkin aku menjadi Islam, karena latar belakangku saja adalah aktivis gereja, sangat tidak mungkin sekali aku menjadi mualaf. Ditambah aku adalah Ketua Mahasiswa Kristen dikampusku, apa kata teman dan dosenku apabila aku menjadi mualaf, pasti sangat memalukan sekali. Setiap malam aku terus saja berperang dengan kata hatiku, dan seakan aku ingin teriak sekencang-kencangnya karena aku sudah tidak kuat. Akibat dari perang bathin tersebut aku malah merasa sudah menjadi seorang yang atheis (tidak percaya adanya Tuhan), karena sekitar 2 minggu aku terus saja tidak ingin berdoa apapun dan tidak ingin beribadah apapun. Aku benar-benar meninggalkan kegiatan ibadah apapun. Dan itu sangat menyakitkan bagiku
Singkat cerita, pada suatu malam, tepatnya pada hari Jum’at pukul 01.00 WIB dini hari, seperti ada yang membangunkan aku, sangat terasa sekali ada yang seperti menyentuhku dan membangunkan aku dari tidur. Kemudian aku terbangun dari tidur, aku pikir salah satu keluarga angkatku yang membangunkan aku karena waktu itu aku tidur dirumah keluarga angkatku. Namun saat aku terbangun, ternyata tidak ada siapa-siapa. Aku sempat kaget dan langsung merinding, karena sangat aneh bagiku kejadian tersebut. Disaat aku sibuk dengan pikiranku sendiri, siapakah yang membangunkan aku tadi, tiba-tiba ada suara yang lembut dan sangat menggetarkan hati berkata : “Islam adalah agama yang benar, Islam adalah agamamu. Apa salahnya kamu pindah Islam? Karena sesungguhnya Islam adalah baik bagimu”, saat aku menulis inipun, aku kembali merinding apabila mengingat kejadian tersebut. Waktu itu hatiku sungguh merasa tenang mendengarkan suara yang lembut tersebut, namun sebenarnya aku sangat kaget dan sangat takut, karena ada suara namun tidak ada orangnya. Kemudian suara itu berkata, “Bangun dan ambillah wudhlu. Karena itu baik bagimu”, kemudian aku terbangun dari tempat tidurku dan pergi ke kamar mandi, waktu itu aku sebenarnya bingung kenapa aku seperti menuruti suara tersebut, namun memang sebenarnya hatiku yang menggerakkan agar pikiran dan tubuhku untuk mengikuti suara tersebut. Setelah di kamar mandi aku kembali dihadapkan dengan pertanyaan, bagaimana caranya ber-wudhlu, karena aku benar-benar tidak tahu. Selang beberapa detik, suara lembut itu muncul kembali seraya berkata, “Bersihkanlah wajah, tangan dan kakimu dengan air, sebagaimana yang sudah kamu ketahui”, mendengar suara tersebut, aku langsung teringat sebuah tayangan di televisi, apabila adzan maghrib, tayangan tersebut menampilkan orang-orang yang ber-wudhlu, meski tidak semua ditayangkan, namun aku masih ingat apa saja yang harus dibersihkan. Kemudian aku membasuh wajah, tangan dan kaki, yang sebenarnya aku tidak tahu sama sekali bagaimana caranya ber-wudhlu, hanya saja aku yakin sekali bahwa apa yang aku lakukan adalah benar. Setelah ber-wudhlu aku kembali ke tempat tidur, aku bingung mau apa lagi. Kemudian suara tersebut muncul kembali, “Berdoalah kepada Allah, sebagaimana orang Islam berdoa. Mintalah kepada Allah apa yang ada dalam hatimu, karena sesungguhnya Allah melihatmu sekarang ini dan Allah tahu apa yang kamu lakukan, karena Allah menunggumu”, setelah itu aku mencoba untuk duduk dengan keadaan kaki seperti bersujud, rasanya ingin sekali sholat, namun karena aku tidak bisa sholat, aku hanya duduk lalu melakukan sujud 3 kali seperti orang sholat yang pernah aku lihat. Setelah sujud 3 kali, kemudian aku menengadahkan tanganku, sambil berdoa : “Ya Allah, inilah hamba, apa adanya hamba, hambamu yang penuh dengan dosa ini, mengharapkan kasih sayang dariMu. Jika memang Engkau mengijinkan hamba mualaf, berikanlah kesempatan kepada hamba untuk melakukan syahadat sekarang ini juga, namun jika Engkau tidak menginginkan hamba mualaf, ambillah nyawa hamba sekarang juga, daripada hamba hidup dalam keadaan yang lebih berdosa karena tidak beragama dan tidak bertuhan, amin.”, dengan air mata yang terus mengalir, aku sendiri sebenarnya bingung kenapa aku bisa berdoa seperti itu, namun itu yang ada dalam hatiku dan memang itu yang ingin aku sampaikan. Aku tahu kata “syahadat” dari salah satu anggota keluarga angkatku, namun beliau tidak memberikan isi atau mengajarkan kalimat syahadat bagiku. Yang hanya disampaikan, bila ingin masuk Islam, harus membaca kalimat syahadat. Jadi pada intinya aku sama sekali tidak bisa membaca kalimat syahadat, itu saja. Tapi malam itu, aku sangat yakin sekali untuk membaca syahadat. Karena rasa keyakinanku tersebut, selang beberapa detik setelah aku berdoa, ada suara yang muncul kembali berkata, “Syahadat-lah, Karena sesungguhnya syahadatmu itu dari hatimu”, kemudian suara tersebut berkata kembali, “Asyhadu An-Laa Ilâha Illallâh, wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullâh”, kemudian aku pun mengikuti suara tersebut secara perlahan-lahan dan berulang-ulang kali, suara tersebut tidak hanya terdengar satu kali, namun beberapakali muncul hingga aku bisa membaca syahadat sendiri dengan hati dan mulutku sendiri, dengan penuh keyakinan akupun berkata : “Asyhadu An-Laa Ilâha Illallâh, wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullâh”. Setelah aku membaca kalimat syahadat tersebut, aku langsung merasa puas, lega dan tenang. Aku seperti merasakan sesuatu yang baru, sesuatu kebahagiaan yang belum pernah aku rasakan, seakan semua beban dalam hidupku seperti hilang begitu saja, seperti tidak ada masalah dan tidak ada beban hidup yang aku rasakan. Benar-benar perasaan yang tidak dapat terkatakan. Kemudian sekitar pukul 08.00 WIB pagi aku berkata kepada keluarga angkatku, bahwasannya aku siap menjadi mualaf, namun aku tidak menceritakan kejadian tadi malam yang aku alami. Semua anggota keluarga angkatku langsung menangis histeris dan langsung memelukku dan menciumiku, semua terasa bahagia waktu itu. Kebahagiaan yang tidak dapat kugambarkan dengan tulisan, karena tangisan mereka adalah tangisan bahagia yang sungguh sangat menggetarkan hati. Kemudian aku disuruh untuk mandi taubat, dengan diberitahukan cara-caranya. Setelah mandi aku diajarkan untuk berwudhlu, dan setelah wudhlu aku diberi sarung dan baju koko. Dimana sarung dan baju koko adalah pakaian Islam yang baru pertama kali aku pakai, dan kemudian keluarga angkatku menyuruhku untuk mengikuti setiap apa yang dilakukan nanti, maksudnya aku harus mengikuti gerakan-gerakan sholat apabila dimasjid nanti, karena aku akan diajak sholat Jum’at. Setelah itu aku diajak ke sebuah masjid yang ternyata masjid tersebut sudah lumayan penuh dengan jama’ah sholat Jum’at. Awalnya aku takut untuk masuk masjid, karena seakan prosesnya terlalu cepat bagiku, aku yang baru saja masuk Islam barusan, tiba-tiba sudah harus masuk ke dalam masjid, yang notabene-nya adalah tempat ibadah yang baru kenal. Namun aku tetap diajak untuk masuk dan duduk serta mengikuti gerakan-gerakan sholat Jum’at. Setelah sholat Jum’at, kemudian anggota keluarga angkatku tersebut maju kedepan dan membisikkan sesuatu kepada orang yang menjadi pemimpin sholat Jum’at, kemudian beliau memberikan pengumuman bahwa ada seorang yang mualaf, semua jama’ah bingung, toleh sana toleh sini, karena bingung siapa yang menjadi mualaf. Kemudian namaku disebut, dan aku disuruh maju. Dengan didampingi keluarga angkatku, akupun memberanikan diri untuk maju kedepan. Kemudian didepan para jama’ah aku diajak untuk mengucapkan kalimat syahadat kembali, dengan berlinangkan air mata, semua para jama’ah pun ikut dalam suasana yang sangat luar biasa bagi mereka siang itu. Semua para jama’ah menangis, bahkan sampai ada yang tersedu-sedu karena melihatku akan mengucapkan kalimat syahadat. Kemudian aku dibimbing untuk membaca kalimat syahadat, “Asyhadu An-Laa Ilâha Illallâh, wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullâh”. Setelah aku mengucapkan kalimat tersebut, semua para jama’ah maju kedepan dan memberikan ucapan selamat, tak sedikit juga yang merangkulku, semua terbawa suasana waktu itu, isak tangis yang mengiringi jabat tangan kami, akupun tidak kuat menahan air mata. Sungguh benar-benar kejadian yang luar biasa bagiku, aku seperti hidup baru, dan aku pun seperti lahir baru dan seolah-olah baru terlahir di dunia ini. Entah bagaimana untuk menggambarkan suasana waktu itu, namun tak perlu aku menggambarkan suasana tersebut, aku yakin para pembaca sekalian pasti paham dengan keadaan suasana tersebut. Hari itu adalah hari yang berharga bagiku, bahkan menjadi hari yang luar biasa bagiku. Hari yang menjadi awal dan pertama kali aku masuk Islam, hari yang pertama kali aku memakai sarung dan baju koko, hari yang pertama kali aku belajar wudhlu dan belajar sholat. Sungguh sangat istimewa bagiku. Hari itu adalah Hari Jum’at tepatnya tanggal 24 Juli 2009 / 2 Syaban 1430 H. Hari yang tak kan pernah ku lupakan seumur hidupku
And I would like to say, “that day is the best day I ever had” atau hari itu adalah hari yang terbaik yang pernah aku alami atau aku miliki. Dan sungguh awal yang sangat indah sekali, Allah memberikan kesempatan kepadaku untuk menjadi mualaf pada hari Jum’at, yang sekarang aku telah tahu bahwa hari Jum’at adalah hari yang istimewa bagi umat Muslim. Dan alhamdulillah sekarang aku adalah seorang yang beragama Islam, dan aku bangga menjadi orang Muslim. Inilah sebagian cerita hidupku yang menjadi salah satu alasan kenapa aku pindah agama. Cerita hidup dari seorang hamba Allah, yang sebenarnya tidak layak untuk menjadi hamba-NYA karena aku sadar, bahwa hidupku sangatlah berdosa dan sangatlah hina, aku bukan siapa-siapa, dan akupun bukan keturunan dari pembesar-pembesar atau tokoh-tokoh yang besar. Namun aku yakin, bahwa semua itu adalah skenario dari Allah, dan sesungguhnya Allah tahu yang terbaik bagi setiap ummat-NYA serta Allah berhak kepada siapa Allah akan memilih untuk menjadi ummat-NYA. Dan kini, Islam adalah jalan hidupku yang terakhir, tak akan pernah kugantikan jalan hidupku ini dengan apapun juga. Seperti ada tertulis : “……………………….. Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?” Katakanlah: “Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus” ((Terjemahan dari QS. Al Baqarah : 142 ))
Kini, aku berada ditempat ini, disebuah daerah yang bernama Sarang, sebuah daerah yang baru aku kenal dan aku pijak sekarang ini, tempat yang begitu banyak menampilkan berbagai kegiatan islami, tempat dimana ajaran Islam ditegakkan dan disyi’arkan dengan berbagai bedah ilmu Islam, Lembaga Pendidikan serta adanya beberapa ulama besar yang salah satunya adalah seorang syaikina yang patut menjadi panutan yang sudah diakui oleh dunia, KH. Maimoen Zubair. Aku merasa menemukan ilmu yang sudah sepatutnya aku pelajari, bahkan aku merasa, hakikatnya mencari ilmu adalah di sini. Tempat yang sebenarnya baru aku kenal, namun aku sepertinya tidak ingin meninggalkan tempat ini. Tempat dimana orang menyebutnya sebagai Kota Santri atau Kaum Sarungan, dengan ilmu salaf yang diajarkan, aku merasa “tepat” berada disini. Pun juga sebenarnya ada cerita tersendiri mengapa aku bisa sampai ditempat ini. Sungguh rahasia Allah yang sulit untuk aku mengerti, namun aku tak perlu tanya mengapa, karena semua ini adalah bagian dari rencana Allah dalam hidupku. Meskipun semua anggota keluargaku masih beragama kristen. Namun Alhamdulillah sekarang anggota keluargaku sudah mau menerimaku dalam keadaan Islam. Dan semoga merekapun mendapatkan hidayah seperti yang aku alami, amin
==o0o==
Tidak ada komentar:
Posting Komentar