HANYA KARENA DURHAKA, INILAH AKIBATNYA !!
Dikisahkan, pada zaman Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ada seorang pemuda bernama ‘Alqamah. Ia seorang
yang menghabiskan waktunya untuk beribadah kepada Allah Ta’ala; mengerjakan
sholat, shiam, dan bersedekah. Suatu hari ia sakit dan semakin hari semakin
parah. Istrinya pun menyuruh seseorang menghadap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam untuk menyampaikan, “Suamiku, Alqamah sedang sekarat. Dengan ini aku
bermaksud mengabarkan keadaannya kepadamu, wahai Rasulallah.”
Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengutus ‘Ammar, Shuhaib dan Bilal. Beliau bersabda, “Berangkatlah kalian, dan talqinkanlah ia dengan kalimat syahadat.” Mereka bertiga berangkat dan memasuki rumahnya. Mereka mendapati ‘Alqamah sedang sekarat sehingga dengan segera mereka mentalqinnya dengan ucapan ‘Laa ilaaha illalLah’. Namun lidah ‘Alqamah kelu, tak mampu mengucapkan kalimat syahadat. Sahabat bertiga menyuruh seseorang menemui Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengabarkan bahwa ‘Alqamah tidak mampu mengucapkan kalimat syahadat. Usai dibacakan, Nabi bertanya, “Adakah salah seorang ibu-bapaknya yang masih hidup?” seseorang menjawab, “Wahai Rasulullah, seseorang ibu yang sudah sangat renta.” Maka beliaupun mengutus seseorang dan berpesan, “Katakan kepadanya jika ia kuat berjalan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memanggilnya. Namun jika tidak hendaknya ia tetap tinggal di rumah, Rasulullah akan menemuinya.” Utusan itu sampai kepadanya dan menyampaikan pesan dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Wanita itu berucap, “Jiwaku siap menjadi tebusan jiwanya. Aku lebih pantas mendatangi beliau.” Maka wanita itupun berdiri dengan tongkat dan berjalan menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Ia berucap salam dan beliaupun menjawabnya. Lalu Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya, “Wahai Ummu ‘Alqamah, jujurlah kepadaku. Kalaupun kamu berdusta akan turun wahyu dari Allah Ta’ala. Bagaimana keadaan anakmu ‘Alqamah?”
Ia menjawab, “Wahai Rasulullah, ia rajin menunaikan
shalat, shiyam dan banyak bersedekah.” Rasulullah bertanya lagi. “Lalu
bagaimana dengan dirimu?”. Wanita itu menjawab,”Wahai Rasulullah aku MURKA dengannya.”.
“Mengapa?” tanya beliau. “Karena ia lebih mengutamakan istrinya dari pada diriku dan
ia tidak mau taat kepadaku.”, jawab Ummu ‘Alqamah. Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya murka Ummu ‘Alqamah
menghalangi lisannya untuk mengucapkan syahadat.” Beliau melanjutkan, “Bilal,
pergi dan bawakan untukku kayu bakar yang banyak.”. Wanita itu bertanya, “Apa
yang akan Anda lakukan, Wahai Rasulullah ?” Beliau menjawab “Aku hendak
membakarnya dihadapanmu” Wanita itu menimpali, “Wahai Rasulullah, ia adalah
anaku. Hatiku tidak akan kuat menyaksikannya dibakar dihadapanku.” .”Wahai Ummu
‘Alqamah, adzab Allah lebih dahsyat lagi kekal. Jika kamu senang terhadap
ampunan Allah baginya, ridhailah dia. Demi yang jiwaku ada di tangan-Nya,
shalat, shiyam, dan sedekahnya tidak mendatangkan manfaat baginya selama kamu
murka.“, sabda nabi. Mendengarnya wanita itu berkata, “Wahai Rasulullah, aku
bersaksi di hadapan Allah, para malaikat, dan siapa saja yang hadir di sini
dari antara kaum muslimin bahwa aku telah ridha kepada anakku,’Alqamah.”
Kemudian Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Bilal, berangkat dan lihatlah apakah ‘Alqamah
sudah dapat mengucapkan ‘Laa ilaaha illallah’ atau belum. Bisa saja Ummu
‘Alqamah tadi mengatakan yang bukan dari lubuk hatinya karena malu kepadaku/”
Bilal berangkat dan melihat kondisi ‘Alqamah. Ia berkata,”Wahai sekalian orang,
murka Ummu ‘Alqamah menghalangi lidahnya dari syahadat, dan ridhanya telah
melepaskan kekeluan lidahnya.”
Pada hari itu juga ‘Alqamah
meninggal. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam hadir, memerintahkan untuk
memandikan dan mengkafaninya. Lalu beliau menshalatkan dan menghadiri prosesi
penguburannya. Beliau berdiri di ujung kuburnya bersabda :
“Wahai sekalian Muhajirin dan Anshar, barangsiapa
mengedepankan istrinya dari pada ibunya niscaya akan mendapatkan laknat dari
Allah, para malaikat, dan manusia semuanya. Allah tidak akan menerima infaqnya
juga sikap adilnya sehingga ia bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
berbuat baik kepadanya serta memohonkan keridhoannya. Keridhoan Allah terletak
pada keridhoannya, kemurkaan Allah terletak pada kemurkaannya.“
Mari senantiasa memohon kepada Allah untuk senantiasa membimbing kita dalam menggapai keridhoanNya dan menjauhkan kita dari sikap durhaka kepada orang tua. Sesungguhnya Dia Maha Pemurah, Maha Mulia, Maha Penyayang, lagi Maha Pengasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar