Karakteristik
Musuh Allah dari Kalangan Munafiqin
Oleh
: Abdurrohim Ba’asyir
Sudah
menjadi sunnatullah bahwa setiap kebenaran pasti memiliki musuh yang akan
berusaha untuk menghalanginya. Begitu juga dengan kebenaran Islam yang akan
dimusuhi oleh syaitan dan pengikutnya.
Melihat
hal demikian maka sudah menjadi keharusan bagi kita untuk mengetahui siapa saja
yang sebenarnya menjadi musuh-musuh Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan
mengenali sifat-sifat mereka. Hal demikian supaya dapat kita antisipasi dan segera
mengambil langkah-langkah dalam mengatasinya.
Di
antara musuh-musuh Allah atau pengikut syaitan (Hizbu syaithon) yang gencar
memusuhi Islam ialah golongan munafikin. Golongan ini adalah mereka yang
berpura pura menjadi mukmin dan menyembunyikan kekufurannya. Mereka benci dan
memusuhi terhadap kebenaran yang datang dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala serta
berusaha untuk menghancurkan dan menghalangi penyebaran cahaya Islam.
Zaman
ini di mana orang-orang munafik memiliki duri-duri yang begitu tajam. Kenyataan
ini sebagaimana dikatakan Hudzaifah Radhiyallahu 'Anhu, beliau berkata:
“Orang-orang munafik pada hari ini lebih berbahaya bagi kaum muslimin daripada
di masa Nabi SAW.” Dikatakan: “Kenapa demikian ?” Beliau berkata: “Mereka
dahulu pada masa Rasulullah saw menyembunyikan (kemunafikannya) sedangkan
sekarang mereka menampakkannya.” (Bagaimanakah seandainya Hudzaifah menyaksikan
kondisi kita sekarang ini ??? pen.)
Di
masa sekarang ini segala urusan dikendalikan oleh mereka (orang-orang munafik).
Sehingga kita menyaksikan bahwa mereka berpakaian sebagaimana orang-orang yang
mengadakan perbaikan. Mereka layaknya seorang ulama atau penasihat yang penuh
belas kasihan, bahkan mereka memakai pakaian seperti halnya seorang ahli ibadah
atau orang shalih. Telah dipersiapkan bagi mereka mimbar-mimbar dan
markas-markas ilmu agar berbicara tentang Islam. Telah dipersiapkan
lembaran-lembaran kitab dan majalah untuk mereka tulis dengan mengatasnamakan
Islam. Namun, kenyataannya mereka sangatlah jauh dari Islam, bahkan bertentangan
dengan ajaran Islam.
Di
dalam Al-Qur'an, Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah membuka kedok
kepura-puraan mereka hingga sangat jelas bagi kita yang ingin mengetahui dan
mengenali karakteristik musuh yang satu ini.
وَإِذَا
قِيلَ لَهُمْ آَمِنُوا كَمَا آَمَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَا آَمَنَ
السُّفَهَاءُ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَكِنْ لَا يَعْلَمُونَ
“Apabila
dikatakan kepada mereka, "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain
telah beriman." Mereka menjawab, "Akan berimankah kami sebagaimana
orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, sesungguhnya
merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu.” (QS. Al Baqarah 2
: 13).
Di
dalam ayat ini Allah Subhanahu Wa Ta'ala menjelaskan bahwa orang-orang
munafik menganggap orang-orang beriman yang istiqamah dengan syariat Allah Subhanahu
Wa Ta'ala sebagai orang-orang yang bodoh tidak tahu perkembangan zaman
bahkan menganggap ketinggalan zaman dan lain sebagainya. Namun, kalau kita lihat
kehidupan mereka sangatlah jauh dari aturan-aturan Allah swt. Anggapan ini juga
mereka serukan melalui berbagai media dan corong yang menyebarkan suara
‘miring’ atas kaum mukminin dengan harapan agar manusia terpengaruh dan
menjauhi orang orang beriman yang taat terhadap syariat Allah Subhanahu Wa
Ta'ala/. Allah berfirman, “…sebagian mereka membisikkan kepada sebagian
yang lain perkataan-perkataan yag indah-indah untuk menipu (manusia).” (QS.
Al An’am 6 : 112)
أَلَمْ
تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آَمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ
وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ
وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ
ضَلَالًا بَعِيدًا وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ
وَإِلَى الرَّسُولِ رَأَيْتَ الْمُنَافِقِينَ يَصُدُّونَ عَنْكَ صُدُودًا
“Apakah
kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada
apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ?
Mereka hendak berhukum kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah
mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan)
penyesatan yang sejauh-jauhnya. Apabila dikatakan kepada mereka, "Marilah
kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum
Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia)
dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.” (QS. An Nisa’ 4 : 60-61)
Di
dalam ayat ini Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberi tahu tentang ciri-ciri
orang munafik adalah apabila mereka memutuskan suatu hukum, mereka meninggalkan
hukum Allah bahkan tidak mau berhukum dengan hukum Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Walaupun mereka tahu bahwa mereka dilarang untuk meninggalkan hukum Allah.
Mereka lebih senang untuk berhukum kepada thaghut (yaitu penguasa-penguasa yang
berhukum dengan hukum buatan manusia). Kemudian mereka selalu menghalangi usaha
apapun untuk penerapan dan pelaksanaan syariat Allah di muka bumi. Mereka
menghalangi sekuat tenaga supaya manusia tidak kembali kepada syariat Allah.
Jalan apapun akan mereka tempuh demi tercapainya tujuan, termasuk menyakiti
para pejuang syariat, memenjarakan mereka atau mungkin hanya sekadar membuat
fitnah keji yang mereka sebarkan supaya manusia jauh dan terhalang dari
kesadaran melaksanakan dan menerapkan syariat Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
الْمُنَافِقُونَ
وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ
عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ إِنَّ
الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Orang-orang
munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain adalah
sama, mereka menyuruh berbuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan
mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah
melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang
fasik.” (QS. At Taubah 9 : 67).
Di
dalam ayat ini sangat jelas, bahwa orang-orang munafik menyuruh dan
mengusahakan supaya kemungkaran bisa tegak, dan sebaliknya menghalang-halangi
usaha apapun yang dilakukan untuk menegakkan yang ma’ruf. Kita lihat bahwa
setiap kemungkaran pasti didukung dan dibela mereka, walaupun sangat jelas
keburukannya. Mereka selalu menghalangi usaha yang bertujuan membina umat dalam
memperbaiki akhlak dan akidah.
بَشِّرِ
الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ
الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ
الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا
Kabarkanlah
kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu)
orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong
dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi
orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.” (QS. An Nisa’ 4 : 138-139)
Dalam
ayat ini Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberitahukan ciri yang lain yaitu
sikap wala yang di berikan kepada orang kafir. Wala berarti
loyalitas, keberpihakan, kebanggaan bahkan kecintaan. Sesuatu hal apapun yang
merugikan orang kafir, maka mereka juga merasa ikut dirugikan. Hal ini
dikarenakan sikap loyalitas mereka yang tinggi terhadap orang-orang kafir. Wala
dapat juga berarti mengambil menjadi panutan dan pemimpin. Orang-orang
munafik sangat tidak senang jika dipimpin oleh seorang mukmin yang taat terhadap
syariat Allah, mereka lebih berharap untuk menang dalam perjuangan membela
kekafirannya.
Demikian
beberapa karakter dan ciri golongan munafikin yang menjadi musuh dalam selimut
bagi Islam dan cahaya keberanaran Allah swt. Hendaknya kita selalu mewaspadai
golongan ini dan kita mempunyai sikap yang tegas memusuhi mereka sebagaimana
Allah swt memusuhi mereka. Secara umum dapat kita simpulkan, siapapun manusia
yang mengaku beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala tetapi menolak
syariat Allah dalam berbagai aspek kehidupan maka dia dikategorikan sebagai
orang munafik dan menjadi salah satu kelompok musuh Allah dan rasul-Nya
serta orang-orang yang beriman.
Semoga
kita tidak termasuk golongan ini dan di jauhkan dari sifat kemunafikan.
Wallahu a’lam. [PurWD/voa-islam.com]
"Dan barangsiapa yang mentaati
Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para
shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shaleh. Dan mereka
itulah teman yang sebaik-baiknya."(QS.An Nisaa:69)
Wallahu a’lam. [PurWD/voa-islam.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar